Tadi pagi, aku mendapat hadiah dari sulungku. Sebuah benda yang amat sangat sederhana-karena terbuat dari barang bekas di depan rumah -hasil tangannya sendiri dengan tulisan diatasnya: SELAMAT HARI IBU, DARI IFA. Plus sebuah gambar dan puisi yang ditulis diatas kertas HVS. Mungkin bagi orang lain barang itu samasekali tak berharga, tapi sanggup memasukkan keharuan yang mendalam di hati ini. Ya Allah, aku tak tahu darimana gadis sembilan tahunku ini memahami tentang hari ibu. Tapi dia telah belajar dan berusaha untuk menghargai dan 'berterima kasih' atas semua yang kukerjakan untuknua. Ternyata..dibalik semua 'pembangkangannya' atas perintah-perintahku, 'perlawanannya' terhadap kata-kataku, 'polah-polahnya' yang sering membuatku mengelus dada...
Aku menangis diam-diam meliat dia menaiki satu anak tangga kedewasaannya. Inilah kebahagiaan sederhana seorang ibu..
Kejadian ini membangkitkan ingatanku kembali kepada sosok wanita terbaik dalam hidupku, IBUKU yang saat ini telah berada ditempat terbaikNYA. Aku jadi paham akan 'kebahagiaan-kebahagiaan sederhananya' yang dulu tak begitu kupahami.
Ketika aku memberi ibu uang dari penghasilanku, beliau selalu berusaha 'mengembalikan' dengan cara membelikanku barang-barang, mengirimi anak-anakku baju, kue dan jajanan sekardus besar dan lain-lain. Ketika kami tidak bisa pulang kampung karena suami ditempatkan di wilayah timur Indonesia, beliau nangis di depan foto anak-anak di malam takbiran karena tahu kamipun ingin pulang sebenarnya. Yang selalu berbinar matanya ketika mendengar kisah-kisah bahagiaku, yang selalu menguatkanku dalam kesedihanku, yang doanya tak pernah putus untukku...
Ya, ternyata kebahagiaan seorang ibu sangatlah sederhana. Dia akan bahagia ketika menemukan kebaikan dalam diri anaknya, bahagia ketika anaknya bahagia.. Benar-benar tak mengharapkan (balasan) apapun, hanya mengharap kebaikan dan kebahagiaan orang-orang yang dicinta.
Sekarang ibuku telah tiada, sebelum setitikpun kebaikan-kebaikannya sempat kubalas. Kadang terlintas penyesalan, yang kucoba basuh dengan istighfar. Kucoba menebusnya dengan sesering mungkin berdo'a untuknya, berharap itu mampu meringankannya disana. "Do'a seorang anak, bisa sesaat menghentikan azab kubur orang tuanya" itu kata seorang ustadz yang coba kupegang. Lalu berusaha mengumpulkan puing-puing 'balas jasa' yang bisa kulakukan, walau tahu tak akan pernah sepadan dengan apa yang telah diperbuatnya.
Dan sekarang aku adalah seorang ibu, walau mungkin masih sangat jauh dari profil seorang ibu ideal bagi anak-anakku, bahkan masih jauh dari sosok ibuku. Namun ingatanku padanya selalu memotivasiku untuk bisa lebih baik dan lebih baik lagi sebagai ibu. Semoga ini merupakan amal jariyah untuk beliau yang akan selalu mengalirkan pahalanya. Amin..
Kasihnya ibu tulus sejati..seperti Rasul taatnya pada Ilahi
Ikhlas, suci, kekal, abadi, kasih yang tak dapat ditukar ganti.
Kasih yang menghantar kita ke surgawi...
Ditulis : Lutfi Sufiana, dalam rangka mother's day, 22 Desember 2009
0 komentar:
Post a Comment