Wednesday, February 24, 2010 0 komentar By: Rustanto

Indonesia considers adopt-a-tiger scheme



Jakarta, Indonesia (CNN) -- A male Sumatran tiger rears up against the bars of his cage, roaring. Even in captivity these creatures still remind us of their awesome power.

If you've ever dreamt of owning one of these ferocious creatures, now it just might be possible.

The Indonesian government is considering a conservation initiative that could see the general public legally keeping tigers as pets.

For a $100,000 deposit ordinary citizens would be allowed to care for a pair of critically endangered Sumatran tigers in their own backyard. That is as long as it's at least one tenth the size of a baseball field.

The government says that it is basing this initiative on a similar one that they launched for the Balinese mynah bird -- about the size of a pigeon -- that was on the brink of extinction.

The government says that the tigers and their cubs will still remain property of the state and will be closely monitored.

Illegal poaching and an eighty percent loss of tiger habitat has caused the number of Sumatran tigers to dwindle down to around 400 left in the wild. The government says that this initiative will help boost the tiger population -- albeit in captivity.

"A lot of businessmen have dead tigers in their houses. We hope that this program will eradicate poaching as a lot of people want to have tigers as pets."
--Darori, Director General of Forest Protection and Conservation
RELATED TOPICS

Darori, the Director General of Forest Protection and Conservation, believes this program will be a success.

"A lot of businessmen and top government officials have dead tigers in their houses," he explains.

"We hope that this program will eradicate poaching because in Indonesia or abroad a lot of people want to have tigers as pets. But because it is illegal they go and buy the dead tigers."

By having the option to care for live tigers Darori says the demand for the ones in the wild will decrease and allow that population to thrive.

At Taman Safari Park outside of Jakarta we meet Yuda and Vira -- two adorable balls of orange and black fur. The tiger cubs slip and slide across the floor of the animal hospital in a mad dash to get to their keepers holding bottles of milk. They were born in the park but abandoned by their mothers.

At a month and a half they are still the size of a small cat, their teeth not yet sharp enough to break skin. But by the time they reach nine months they will have turned into fierce carnivores.

The keepers at the safari park were all stunned to hear that their tigers could end up as household pets.

"We go through a rigorous training program," Arsyad explains.

The keepers are taught to look for specific signs that could indicate that a tiger is sick. They say the slightest change in behavior could mean something is seriously wrong.

The WWF and other NGOs warn "adopting" tigers is not the solution.

"Putting tigers into an area that small is not the answer to long term conservation," says Dian Kosasih of WWF Indonesia. "The WWF has always believed that conserving species in the wild is what we have to pursue."


http://edition.cnn.com/2010/WORLD/asiapcf/02/10/adopt.tiger.indonesia/index.html

Ternyata Orang Cacatlah Obatnya



Pak Hasan, adalah jama'ah dari embarkasi Surabaya. Ia dan istrinya
berangkat ke Mekkah kebetulan pada tahap gelombang ke dua. Artinya
mereka datang dari Indonesia langsung ke Mekah terlebih dahulu, baru
kemudian ke Madinah.


Kondisi pak Hasan ketika berangkat memang agak sakit. Batuk pilek setiap
hari. Sampai dipakai berbicara saja tenggorokannya sudah terasa sakit.
Batuk pilek yang semacam itu memang membuat badan begitu capek lunglai.
Semua persendian terasa sakit. Sehingga menjadikan tubuh menjadi malas
untuk diajak beraktivitas.


Beberapa kali pak Hasan diobati oleh dokter kloternya. Tetapi tetap saja
sakitnya tidak bisa sembuh. Rasanya semua macam obat yang berhubungan
dengan penyakitnya sudah ia minum. Tetapi tetap saja badan lunglai,
kepala pusing bahkan batuknya tidak pernah berhenti. Badan dengan
kondisi semacam itu, mengakibatkan pak Hasan sehari-harinya berdiam diri
saja di hotel. Beberapa kali istrinya mengajaknya ke masjidil Haram,
tetapi rupanya tubuh pak Hasan tidak bisa diajak kompromi, ia malas
untuk pergi ke masjid.


"Aku belum bisa bu, dan belum kuat untuk pergi ke masjid. Ibu dulu
aja-lah. Nanti setelah badanku sembuh aku akan ke masjid dan akan
melakukan ibadah dengan sebaik-baiknya. .." demikian kata pak Hasan
kepada istrinya.


Karena sudah beberapa kali, jawaban pak Hasan selalu seperti itu, maka
pada hari itu istri pak hasan memohon dengan agak setengah memaksa
kepada pak Hasan agar siang itu mereka bisa bersama ke masjid untuk
melakukan ibadah. Baik itu thawaf, maupun shalat-shalat wajibnya.


Maka dengan agak terpaksa, berangkat juga mereka ke masjid. Pak Hasan di
sepanjang perjalanan menuju masjid tiada henti-hentinya batuk. Bahkan
kakinya begitu capek dipakai untuk berjalan. Tetapi toh, akhirnya sampai
juga mereka di masjidil Haram. Meskipun jarak dari maktab mereka menuju
masjid cukup jauh.


Sesampai di masjid, mereka mencari tempat yang cukup nyaman. Pak Hasan
dan istrinya melakukan thawaf sunah sebagai penghormatan masuk masjidil
Haram, sebelum mereka melakukan ibadah lainnya.


Ketika pak Hasan dan istrinya melakukan thawaf inilah bagian dari cerita
ini dimulai... Dengan terbata-bata, dan masih digandeng oleh istrinya
pak Hasan mulai melakukan thawaf. Diayunkannya kaki kanannya untuk
memulai thawaf.


"Bismillaahi allaahu akbar...!"Demikian kalimat pertama yang dilontarkan
pak Hasan sebagai pertanda ia memulai thawafnya. Maka dengan hati-hati
sekali, karena khawatir badannya bertambah lunglai, pak Hasan
melangkahkan kakinya berjalan memutari Ka'bah. Pada saat pak Hasan
beberapa langkah memulai thawafnya itu, tiba-tiba di sebelah kanannya,
yang hampir berhimpitan dengan pak Masan, ada seorang bertubuh kecil
yang juga bergerak melakukan thawaf, beriringan dengan pak Hasan. Entah
apa yang menyebabkan pak Hasan tertarik dengan orang 'kecil' itu, sambil
berjalan lambat pak Hasan memperhatikan orang itu lebih seksama .
"Mengapa orang itu tubuhnya pendek, bahkan cenderung seperti anak
kecil?" pikirnya.


Setelah beberapa lama pak Hasan memperhatikan orang tersebut, di tengah
riuhnya para jamaah yang juga sedang melakukan thawaf itu, tiba-tiba pak
Hasan menjerit lirih! " akh... !" katanya.


Begitu terkejutnya pak Hasan, sampai-sampai pak Hasan agak terhenti
langkahnya. Anehnya, orang itu pun ikut berhenti sejenak, kemudian
menoleh kepada pak Hasan sambil tersenyum. Ketika pak Hasan berjalan
lagi, dia pun berjalan lagi, dan terus mengikuti di samping pak Hasan.
Ketika pak Hasan mempercepat langkah kakinya, orang itu pun ikut
mepercepat gerakannya, sehingga tetap mereka berjalan beriringan.


Muka pak Hasan kelihatan pucat pasi. Bibirnya agak gemetar menahan
tangis. Ia betul-betul terpukul oleh perilaku orang tersebut. Seperti
dengan sengaja, orang itu terus mengikuti gerakan pak Hasan dari samping
kanan. Bahkan yang membuat pak Hasan mukanya pucat adalah orang
tersebut selalu tersenyum, setelah menoleh ke arah pak Hasan. Siapakah
orang tersebut ?


Ternyata dia adalah seorang yang berjalan dan bergerak thawaf
mengelilingi ka'bah dengan hanya menggunakan kedua tangannya saja. Dia
orang yang tidak memiliki kaki....! Kedua kakinya buntung sebatas paha.
Sehingga ia berjalan hanya dengan menggunakan kedua tangannya.


Bulu kuduk pak Hasan merinding, jantungnya seolah berhenti berdegub.
Keringat dingin membasahi seluruh pori-pori tubuhnya...


Pak Hasan merintih dalam hatinya :

"...Ya Allaah ampuni aku ya Allaah..., ampuni aku..." Air mata pak Hasan
tidak bisa dibendung lagi. Sambil tetap berjalan pak Hasan terus mohon
ampun kepada Allah.


Tanpa terasa, pak Hasan sudah memutari ka'bah untuk yang ke dua kalinya.
Dan pak Hasan pun masih terus menangis. Ingin rasanya ia berlari
memutari ka'bah itu. Ingin rasanya ia menjerit keras-keras untuk
melampiaskan emosinya.... pak Hasan tidak tahu bahwa pada putaran yang
ke dua itu ia sudah tidak bersama lagi dengan orang tanpa kaki tersebut.
Tidak tahu ke manakah perginya orang cacat itu. Seorang yang selalu
tersenyum meskipun tanpa kedua kaki.


Apa gerangan yang dipikirkan pak Hasan saat itu? Pak Hasan begitu malu
pada dirinya sendiri! Apalagi kepada Allah Swt. Pak Hasan merasa bahwa
memang sakit. Sakit flu, batuk, badan capek. Dan sudah beberapa hari
berdiam diri saja di hotel tidak ke masjid untuk thawaf. Dengan alasan
badan capek, tenggorokan sakit, bahkan obat dokter tidak ada yang bisa
menyembuhkannya.


Sekarang, ditengah-tengah hiruk pikuknya para jama'ah yang sedang
melakukan thawaf, ternyata ada seorang yang tidak punya kaki, yang
kondisi tubuhnya sangat menyedihkan, tapi dengan mulut tersenyum ia
melakukan thawaf...Akh! betapa terpukulnya harga diri pak Hasan. Ia
punya kedua kaki, badannya tegap, pikirannya cerdas, datang jauh dari
Indonesia, tetapi terserang penyakit ringan sejenis flu saja sudah tidak
mau beribadah? Sementara orang itu.....


Sungguh pak Hasan tidak kuasa bicara lagi. Ingin rasanya ia menjerit
mohon ampunan Allah Swt.... Atas kesalahan fatal, yang ia lakukan. Dan
sejak saat itu, pak Hasan tiba-tiba dapat bergerak gesit. Ia berjalan
penuh dengan semangat mengelilingi ka'bah pada putaran-putaran
berikutnya. Dan secara tidak ia sadari badan pak Hasan menjadi kuat. Ia
tidak batuk-batuk lagi, bahkan tenggorokannya terasa begitu ringan,
ketika dipakai untuk berdo'a kepada Allah...!


Istri pak Hasan yang berjalan di samping pak Hasan, tidak mengetahui
secara detail, apa yang terjadi dalam diri pak Hasan. Yang ia tahu
tiba-tiba pak Hasan tidak batuk lagi, jalannya tidak lamban, bahkan
cenderung gesit. Ah, rupanya pak Hasan sudah sembuh


Ia disembuhkan oleh Allah lewat 'peragaan' orang cacat, yang selalu
tersenyum meskipun ia tidak punya kaki. Obat dokter tidak bisa
menyembuhkan pak Hasan, justru thawaf seorang cacat-lah, yang menjadi
obat mujarabnya..


Mengapa bisa demikian ?


Sebab begitu pak hasan menyadari akan kesalahannya, ia langsung mohon
ampun sejadi-jadinya atas kekeliruan yang telah ia lakukan. Penyesalan
yang tiada terhingga itulah rupanya obat yang sesungguhnya.


Bagaimana kita mensyukuri banyak nikmat-Nya Allah SWT dari sedikit
kesulitan yang kita hadapi.... Bersyukurlah

Sumber: Note Lutfi S. Fauzan
Tuesday, February 9, 2010 1 komentar By: Rustanto

BUKANKAH KEBAIKAN DIBALAS DENGAN KEBAIKAN?



Ini adalah kisah nyata seorang hamba Allah bernama Ibnu Jad'aan dengan kedermawanannya yang terjadi kira-kira seratus tahun yang lalu di Saudi Arabia.

Dia (Ibnu Jad'aan) mengatakan selama musim semi dia sering pergi keluar. Dia menemukan unta-untanya dalam keadaaan sehat dan baik. Unta-unta betina memiliki susu yang penuh seolah-olah memancar keluar sewaktu-waktu. Setiap kali seekor anak unta mendakati ibunya, air susu akan mengalir dengan kelimpahan berkah.

Tatkala aku (Ibnu Jad'aan) melihat salah satu dari untaku dan anaknya, aku teringat tetanggaku yang miskin yang memiliki tujuh orang anak perempuan. Jadi aku berkata pada diriku, demi Allah aku akan memberikan unta ini dan anaknya sebagai sedekah kepada tetanggaku - dan ia membacakan Firman Allah di dalam QS Al-Imran : 92.


لَن تَنَالُواْ ٱلۡبِرَّ حَتَّىٰ تُنفِقُواْ مِمَّا تُحِبُّونَۚ وَمَا تُنفِقُواْ مِن شَىۡءٍ۬ فَإِنَّ ٱللَّهَ بِهِۦ عَلِيمٌ۬
“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebaikan [yang sempurna], sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya”

“Dan yang paling dicintai dari antara hewan ternakku adalah unta betina ini. Jadi aku membawanya dan mengetuk pintu tetanggaku. Aku berharap dia mau menerima sebagai hadiah dariku. Ku lihat wajahnya sendu akan kebahagiaan dan tak mampu berkata apapun”

Setelah itu tetangganya mendaparkan manfaat dari susunya, unta tersebut dapat pula membantunya bekerja membawa kayu, dan saat unta melahirkan anak, sebagian bisa dijualnya. Tetangga miskin itu mendapatkan berkah atas unta yang diberikan.


Musim semi berlalu, musim panas yang kering datang dan orang Badui mulai mencari air dan rumput. Kami mengumpulkan barang-barang kami dan meninggalkan tempat kami untuk mencari air dan masuk kedalam ”duhool” atau 'lubang' di bumi, yang terletak di bawah tanah dan mengarah ke sumber air di bawah tanah. Orang badui sangat mengenal baik tempat seperti ini.

Aku (yakni Ibnu Jad'aan) masuk ke dalam salah satu lubang untuk membawa air buat diminum. Ketiga putranya menunggunya di luar. Namun Ibnu Jad’aan tidak kembali. Mereka menunggunya satu, dua dan tiga hari dan akhirnya menjadi putus asa.

Mereka berfikir mungkin bapaknya telah mati digigit ular. Putranya tidak berusaha menolong (naadzubillah min dzalik), bahkan sebaliknya berusaha membagi warisan dengan serakah.

Lalu mereka pulang ke rumah dan membagi harta warisan. Mereka teringat bahwa sang ayah (Ibnu Jad'aan) memberikan unta betina ke tetangga miskin. Mereka beranjak ke tetangga tersebut dan mengatakan kepadanya untuk meminta kembali atau dengan diambil secara paksa.

Tetangga miskin itu sedih dan akan melaporkannya kepada Ibnu Jad’aan, tapi ketiga anaknya memberitahukan bahwa ia telah meninggal dan menceritakan kejadiannya.

Tetangga miskin itu berkata: "Demi Allah aku akan mencari tempat tersebut, ambillah unta betina ini dan lakukan apapun yang kamu mau dan aku tidak berharap untamu kembali kepadaku!"

Ketiga anak yang serakah ini membawa untanya pergi. Sepeninggal mereka, si tetangga miskin itu pergi berusaha melihat tempat lubang tersebut. Dengan membawa tali, menyalakan obor, dan kemudian ia melangkah masuk kedalamnya. Ia merayap namun terguling dan dalam keadaan gelap ia merasakan adanya uap air yang mendekat dan tiba-tiba dia mendengar suara seorang lelaki merintih dan mengerang.

Ia berusaha mencari ke arah suara tersebut dan tangannya menggapi tangan orang itu (Ibnu Jad'aan). Tetangga miskin itu memeriksa dan mendapatinya masih bernafas. Dipapahnya keluar dan diberikannya minuman.

Dia membawa ke rumahnya dengan digendong keatas punggungnya, sementara anak-anaknya tidak ada satupun yang tahu. Setelah pulih, dia kemudian bertanya kepada Ibnu Jad’aan: "Katakan kepadaku, demi Allah, selama seminggu kamu berada di bawah tanah tetapi tidak meninggal ¿”


"Saya akan ceritakan sesuatu yang aneh ..." Ibnu Jad’aan menjelaskan: "... ketika aku berada di dalam sana, aku tersesat, aku berkata : lebih baik aku tinggal dekat yang ada airnya sehingga aku bisa minum. Namun kelaparan tidak punya belas kasihan dan air sudah mulai habis. Lalu setelah tiga hari kelaparan, aku terbaring dan menyerah diri kepada Allah dan meletakkan semua urusan di tanganNya. Tiba-tiba aku merasakan kehangatan tuangkan susu ke mulutku. Aku terduduk di tengah-tengah kegelapan dan aku melihat sebuah panci datang menghampiriku. Aku minum darinya dan kemudian ia pergi! Hal ini terjadi tiga kali dalam sehari, tetapi dua hari terakhir ini berhenti dan aku tidak tahu apa yang terjadi. "

Tetangganya kemudian memberitahukan kepadanya: "Jika anda tahu alasannya Anda pasti akan kagum! Putra anda berfikir bahwa anda telah meninggal dan mereka datang kepadaku dan untuk mengambil unta betina yang Allah (Subhaanahu Wa Ta'Aala) telah berikan susunya kepada Anda!"

“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (QS: At Talaaq, 2-3)

Source: