Sunday, February 13, 2011 By: Rustanto

Bekerja dengan Ikhlash

Pernahkan anda mengalami hal-hal dibawah ini:

1. Anda merasa pernah bekerja dengan sebaik mungkin, akan tetapi menurut bos atau atasan anda anda masih belum melakukan apapun sehingga anda merasa kesal dan frustrasi?

2. Ide dan gagasan anda (yang menurut anda sangat layak untuk diterapkan) tapi ditolak dengan alasan yang tidak logis, sehingga anda merasa enggan untuk ber’ide’ lagi?

3. Selalu dianggap salah dalam bekerja (karena pasti ada koreksi yang sebetulnya tidak signifikan) sehingga nyaris bekerja sekali, malainkan harus berulang kali?

4. Anda tidak dilibatkan dalam suatu kegiatan penting, padahal posisi anda semestinya terlibat?

Atau barangkali masih ada hal-hal yang dialami selain yang tersebut di atas, tapi pada intinya adalah keberadaan anda dianggap kurang strategis dalam mendukung tujuan organisasi dimana pun anda bekerja. Sebelum membahas lebih mendalam dana menyalahkan orang lain, sebaiknya pertanyaan berikut ini perlu anda jawab terlebih dahulu:

- Sudahkah anda benar-benar totalitas dalam melakukan suatu tugas atau pekerjaan dengan mengerahkan segala daya dan keahlian yang anda miliki?

- Seberapa telitikah andah terhadap pekerjaan yang sedang anda kerjakan?

- Seberapa baguskah hubungan muamalah anda dengan orang-orang disekitar (tempat bekerja) anda?

- Seberapa tahu anda tentang selera orang lain atau atasan anda?

Namun yang paling utama yang perlu dijawab adalah seberapa ikhlash anda dalam bekerja? Dan untuk siapakah anda bekerj?

Sahabat ,…

Banyak persoalan yang dialami bahkan stress yang terjadi di kalangan pekerja disebabkan oleh orientasi kerja yang mulai luntur. Mungkin karena terlalu sibuk, banyaknya persoalan yang harus diselesaikan maupun terlalu terfokusnya kita pada capaian kinerja yang telah ditetapkan….

Hal itu memang wajar, namun ketika orientasi kerja menjadi tidak jelas lagi, yang timbul adalah persoalan yang dihadapi menjadi makin berat dan akan merasa serba salah, bahkan stress akhirnya menjadi langganan.

Ingatlah bahwa suatu ketika Rasulullah SAW pernah bersalaman dengan seorang tukang batu yang memiliki tangan sangat kasar (‘kapalan’). Kemudian Beliau menanyakan apa gerangan yang terjadi hingga tanganmu menjadi seperti ini?. Orang itu menjawab, pekerjaan saya sebagai tukang batu yang menjadikan tangan saya seperti ini. Sejurus kemudian Rasulullah SAW mencium tangan tersebut dengan mengatakan “ ini dalah tangan ahli surge”.

Ada korelasi yang kuat antara bekerja dengan surga. Kepergian kita untuk mencari nafkah adalah jihad apabila kita bekerja untuk menghidupi anak dan istri kita atau untuk menghindari dari meminta-minta. Karena itu diantara sabda Rasulullah dalam sebuat hadist adalah,”Diantara dosa ada yang tidak terampuni oleh puasa dan sholat, akan tetapi diampuni oleh Allah karena susahnya mencari penghidupan.

Oleh karena itu yang harus dipupuk dan selalu dijaga adalah keikhlasan dalam bekerja. Kita bekerja bukan untuk bos, untuk atasan bahkan untuk rekan kerja. Kita bekerja adalah untuk Allah SWT. Wajar apabila kualitas kerja yang kita persembahkan kepadaNya adalah yang terbaik. Kesalahan dan kekurangtepatan dari bos atau atasan hendaknya tidak mengurangi semangat kerja kita karena mereka bukanlah tujuan akhir dari kerja kita. Kendatipun kerjaan, pendapat atau hasil kerja kita diremehkan oleh orang lain kita tidak akan terpengaruh karena kita memang tidak mengharapkan reaksi positif dari manusia. Kita hanya mengharapkan reaksi dan balasan Allah SWT. Ingatlah selalu firman Allah dalam surat Infithaar, “Hai orang-orang yang beriman sesungguhnya kamu bekerja menuju Tuhanmua maka kelak engkau akan menemuiNya.’ Atau dalam firman Allah yang lain,”Dan bekerjalah kamu makan Allah dan RasulNya dan orang-orang yang beriman yang akan melihat hasil kerjamu.

Hakekat balasan kerja kita tidak berhenti pada apa yang kita terima berupa pujian atau hinaan atau gaji yang kita terima, atau laba yang kita peroleh, itu terlalu kecil. Kita berharap agar kelak Allah SWT memberikan ridlo dan balasan surgaNya.

Karena itu apapun reaksi yang kita terima atas hasil kerja kita janganlah itu mempengaruhi pekerjaan kita selanjutnya atau mempengaruhi hubungan baik kita dengan orang lain. Selama memang kita telah bekerja dengan ‘Kualitas Rabbani’ (tidak hanya standar kualitas pekerjaan melainkan juga standar keikhlasan yang memadai) maka kita akan selalu siap menerima hasilnya.

Nah, bekerja yang terbaik dan bertawakallah, semoga sukses….

0 komentar:

Post a Comment